Minggu, 28 April 2013

LIRIK LAGU : Superman Is Dead _ Burn For You



Malam gelap dingin mencekram
Kesepian seakan ingin berontak
Bayangkan merah dia tlah datang
Belati menancap keras didada

Tlah habis vodka ditangan kanan
Dan kusuka dengar suara botol pecah
Hilanglah semua teman tercinta
tinggalkan ku dengan hati yang patah

hahaha, aku tertawa ..
sudahlah, setanpun tersenyum ..
melihat, apa yang telah kulakukan
terlambat tanganku tkah berlumur darah (hampir saja berakhir nafas hidupku)

bersumpah tuk menjadi lebih baik
tapi ruang dan waktu tak membantu
ku hembus asap rokok terakhir
api ini tak akan pernah padam

nekadku kebut motor setanku
berharap inilah saat tuk berucap
selamat tinggal kekecewaan
tapi hati ini masih tak yakin

Persetan dengan kepalsuan .. yeaaaah
Persetan denan kemurnian
Kusadari semua dalam ini
Kau hanya dapatkan apa yang akan kau berikan ..

Sabtu, 27 April 2013

Cara menjadi 'RAJA PEMANCING' Harvest Moon Back Nature




Berikut adalah panduan tentang hal-hal  menyangkut jalan menuju gelar “Raja Pemancing”

Mendapatkan pancing
Ada 2 jenis pancing yang bisa dimiliki di game ini
1.Fishing Rod :
Untuk mendapatkannya   temui greg  dipantai pada hari sabtu-minggu pukul 07-10 am dan 07-10 am
Jangan lupa sediakan satu ruang kosong dirucksack
2.Fishing Pole
Untuk mendapatkannya kamu harus menyimpan sekitar 50 lebih ikan dikolammu,greg akan datang dan memuji kolammu yg penuh ikan dan memberimu Fishing pole sebagai hadiah.Dengan ini,kesempatan untuk mendapatkan ikan jauh lebih besar.
Memancing

Memancing cukup mudah,cukup tekan kotak sampai ada getaran lalu lepas tombolnya.
Jika pancinganmu masih fishing rod maka kamu harus banyak bersabar ^^
Kamu bisa memancing disemua tempat yang ada airnya,kecuali kolam dan tangki airmu XD
Hasil Pancingan
Berikut daftar barang yang mungkin kamu dapatkan saat memancing

  • Ikan
Nama: Small Fish (Ikan kecil)
Fungsi :Bisa dijual dengan harga
Lokasi :sungai,danau,dan laut

Nama:Medium Fish (Ikan Sedang)
Fungsi :Dibuat resep,juga bisa dijual
Lokasi :Danau dan laut

Nama:Large fish (Ikan Besar)
Fungsi :Dibuat resep,juga bisa dijual
Lokasi :Laut
  • Item Lain
Nama:Sepatu rusak
Fungsi :sampah,kado untuk may
Lokasi :sungai,danau,dan laut

Nama:Kaleng bekas
Fungsi :sampah,kado untuk may
Lokasi :sungai,danau,dan laut

Nama:Tulang ikan
Fungsi :sampah
Lokasi : danau,laut,dan kolam rahasia winter mine

Nama:Ranting
Fungsi :Dijadikan pagar,dibuat lumber,atau kado untuk gray dan saibara
Lokasi :sungai,danau,dan laut


  • Item Langka


Nama:Pesan dalam botol
Fungsi :Resep kentang goreng
Lokasi :Laut
Nama:Power Berry
Fungsi :Menambah stamina
Lokasi :Laut

  • “Ikan Legendaris”
Inilah tantangan terbesar bagi para pemancing harvest moon,juga merupakan sebuah kebanggaan tersendiri untuk mendapatkan 6 Ikan legendaries yang ada.
Ikan legendaries sangat langka sehingga kita tidak boleh mengambilnya,begitu berhasil ditangkap kita hanya akan mengambil gambar/cetakan dari ikan tersebut,lalu melepaskannya kembali.
Ada yang bilang menangkap Ikan legendaries hanya boleh menggunakan fishing pole,tapi itu Salah.Dengan fishing rod pun bisa hanya saja butuh lebih banyak kesabaran dibandingkan dengan memakai fishing pole.
Nah,berikut nama-nama ikan legendaries yang ada beserta cara mendapatkannya.

    Squid:
    Saat summer di laut, lempar ikan kecil dan memancinglah. Ikan kecil tersebut berfungsi sebagai umpan. Ingat! satu umpan untuk satu hari, kalau gagal harus dilanjutkan lain hari. Lihatlah contoh dibawah ini



    Angler:
    Saat winter di laut, memancinglah antara 10PM s/d 5.50AM dan antara 6AM s/d 8AM. Lihat gambar dibawah ini.



    Catfish:
    Memancing di kolam rahasia di dalam gua yang danaunya membeku. Lihat gambar dibawah ini


    Char:
    Memancing di sungai dekat kolam air panas setelah mendapatkan resep Sashimi, Grilled fish dan Sushi. Lihat gambar dibawah


    Sea Bream:
    Menjual 200 ekor ikan atau lebih, lalu memancing di laut saat spring, fall atau winter.


    Carp:
    Memancing di Mother Hill saat fall setelah mendapatkan kelima ikan legendaris.


    Gelar Raja Pemancing
    Nah,setelah berhasil mendapatkan ke 6 cetakan Ikan legendaris,dengan penuh rasa bangga (cieee) pulanglah kerumahmu.Begitu sampai dirumah aka nada event greg terkaget-kaget melihat hasil koleksimu.Dia akan salut padamu serta memberimu gelar RAJA PEMANCING



    Jumat, 26 April 2013

    Langkah-langkah Menggunakan Cheat

    Dibawah ini adalah langkah langkah Psx Emulator Cheater di ePSxe. Ikuti langkah langkahnya :)

    1. Langkah pertama adalah, download dan instal 'Psx Emulator Cheater' disini http://pec.duttke.de/download.php



    2.  Saat Installasi kamu akan diberi perintah meletakan plugin Video PEC, di direktory 'plugins'. Emulatornya apabila sudah ada ditimpa saja.






    3. Buka emulator nyah kemudian pilih 'confrig' --) 'video'. Nah, kemudian kita ganti main pulgin videonya, menjadi plugin pec tadi (psx emulation cheater 2.5)



    4. Setelh itu klik 'configure' di tab main video pluginnya...kita akan menggunakan settingan plugin video yang sebelumnya kita gunakan..lihat gambar dibawah !


    5. Sekarang buka Psx emulation cheaternya (PEC) yang sudah diinstal tadi kemudian lakukan seperti gambar dibawah (jika tidak ada list game yang ingin kamu cheat maka menggunakan user database memasukan kode2 sendiri )




    6. Di jendela 'user database kita akan disuruh membuat code2 baru dengan namanya..untuk membuat kode baru stelah menuliskannya maka pilih 'add' namun untuk mengeditnya pilih code yang ingin diganti..kemudian edit dan tekan 'ok'..
    lihat gambar dibawah jangan lupa untuk memberi tanda ceklis untuk aktivasi kodenya dalam game (untuk kode Harvest Moon Back to Nature)




    7. nah jika sudah selesai dengan code2 yang kamu buat dana pilih..langkah akhir menggunakan PEC adalah klik ' Send Cheats to Plugin'. kan muncul sperti gambar dibawah ini ...

    naaahh, itu adalah cara untuk menggunakan PEC :)
    semoga bermanfaat, dadaaahh :) 

    LIRIK LAGU SUPERMAN IS DEAD _ PUNK HARI INI



    waktu terus berjalan, tiada yang disisimu
    ingin keluar tuk dapatkan pemikiran baru

    kukesal hari ini melihat disekitar ..
    semuanya sama dan seragam korban dari majalah ..
    dia pikir dia berbeda dan semua band mengkopi blink ..
    dimanakah oemberontak engkau bersembunyi ..

    bukankah ini penting ..
    dan perasaanku membunuhku ..

    woo, kubenci semua yang tak pasti ..
    wo, rambut spikey dibilang fungky ..
    woo, mail dipenuhi lambang anarki ..
    woo, yang akhirnya hilang dan berarti (chealeader ingin jadi punk rock star)

    Mtv hari ini, rick n roll telah mati
    nyanyikan lagu orang lain dan kau akan terkenal ..
    coba tuk tak curiga tak kuasa ku menahan ..
    penuh tatto juga pierching nyanyikan lagu cengeng ..

    Sabtu, 13 April 2013

    Cerpen


    MonicaAku memandang dengan aneh pada seorang gadis di depanku. Rambutnya dipotong model bob. Berhiaskan bandana berenda yang memagari rambut-rambut yang akan jatuh ke kening.
    Selama ini aku lebih suka gadis dengan rambut panjang. Karena ketika aku masih SD, cuma ini cara membedakan antara gadis dan pria sewaktu mereka memakai celana pendek saat masih olahraga. Tentu tahu, kan alasannya?
    Namun ada suatu hal menarik tergambar pada penampakan fisiknya. Senyum lesung pipitnya, mata bulat kecilnya, dan tawanya yang mirip kuda. Ya, aku bilang mirip kuda. Ia selalu tertawa lepas dengan terpatah-patah dan melengking. Mulanya aku tidak suka, tetapi lama-kelamaan, tawa spesifiknya membuatnya tampak menarik.
    Seiring berjalannya waktu. Aku dan dia semakin akrab. Keakraban tanpa maksud apa-apa. Kita akrab karena kita satu kelas, sama-sama menyukai humor, dan sama-sama benci bangun pagi. Keakraban kita suatu ketika berubah, bukan lagi sebagai teman. Itu semua berawal ketika suatu saat aku baru keluar dari kelasku. Aku melongok kesana-kemari, tetapi orang yang kucari tidak memberiku penampakan sama sekali.
    Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Jam sudah di ujung pukul setengah satu. Tiba-tiba seseorang menyapaku saat aku baru saja melintasi gerbang sekolah. “Hai,” Monica berteriak. Dia berdiri dibalik gerbang sekolah. Pantas aku tidak melihatnya dari dalam sekolah. Badan kecilnya rupanya dihalangi oleh tembok gerbang.
    “Ya, ampun,” aku meraba dada,”teriakanmu sama sekali ga feminim. Makan apa, sih barusan. Dedak campur jagung, ya?”
    Monica tertawa renyah. Ini sifat baiknya. Dia tidak pernah tampak marah, sehebat apapun aku mengolok-oloknya. “Aku lagi nunggu jemputan.”
    “Oh,” aku cuma membulatkan mulut. Aku melirik ke arah lima puluhan meter dari Monica berdiri. Para pembeli pangsit mie sedang sepi. “Makan pangsit dulu, yuk. Aku laper.”
    Wajahnya berkerut-kerut karena gembira. “Mau traktir, nih? Kamu cowok baek deh.” Aku cuma mencibir dengan memonyongkan mulut kemudian beranjak pergi.
    Mata belia kami terbelalak penuh nafsu. Sepasang mangkok pangsit mie panas terhidang. Aku dan dia berlomba-lomba mencampur saos dan sambal. Ini adalah ritual persahabatan kami yang tak terlupakan.
    Monica dan aku saling bertukar joke untuk beberapa lama, sampai suatu ketika Monica menanyaiku. “Entar sore ada waktu, ga?”
    “Buat apa?” Bibirku kepanasan karena sambal.
    “Buku paket biologi yang di perpus sudah pada habis dipinjem. Jadi aku terpaksa beli.”
    “Terus, apa hubungannya dengan aku?” Aku bingung.
    “Tolong anterin ke toko buku. Kan kamu bisa naik motor.” Memang! Waktu itu aku sudah sering pergi kemana-mana memakai motor. Aku belum mempunyai SIM, tapi sudah terlanjur nekat memakai motor. “Oke deh.”
    “Tapi….” Monica berpikir, “Jemput aku di pos satpam aja.”
    “Kenapa? Ga enak kan pergi ama kamu kayak pencuri. Emangnya ortu kamu ga tanya kamu pergi ama siapa?”
    “Udah ga usah cerewet kayak nenek-nenek. Sesekali ga usah pake tanya kenapa?” Monica melap mulut dan ngeloyor pergi.
    “Lho?” Aku terkaget-kaget. “Dasar SMP lo, Sehabis Makan Pulang.
    “Sori ya.” Ia menunjuk dengan dagu, “tuh, jemputanku sudah datang.” Monica menjulingkan mata sambil tertawa. “Sampai ketemu nanti.”
    Aku menggeleng-geleng. Watak Monica memang seperti itu. Cuek. Apa adanya.
    ***
    Aku datang lima belas menit lebih awal. Aku tahu pasti, Monica itu gadis tepat waktu. Kalau tidak bisa tepat waktu jangan membuat janji dengan Nona Jam ini. Bakalan di damprat. Dicuekin sampai lumutan.
    Monica berjalan santai. Ia berbaju katun coklat dengan bagian atas transparan dan bagian bawah dibiarkan lepas berkibar. Celana denimnya tampak modis. Sangat pas dengan sabuk tali berwarna pada pinggang. Tanpa berbasa-basi, ia langsung melenggang di boncengan sepeda motor.
    Kami keluar dari toko buku saat jam tujuh lebih lima. Masih menyisakan tawa yang selama beberapa menit membuat heboh di toko buku terbesar di Surabaya ini.
    “Aku janji sama Papa pulang paling lambat setengah sembilan. Jadi kita masih punya waktu ngomong-ngomong sampai jam delapan. Mau kemana?” Tanyanya.
    Aku memang selalu mendominasi pembicaraan jika sudah tiba pada pertanyaan Mau kemana? Tapi saat itu aku yakin, aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk makan, jadi aku hanya diam. Monica melihatku sepintas, dan mungkin mengetahui apa yang ada di pikiranku.
    “Makan steak, yuk.” Ajaknya sambil merajuk.
    “Hemmm..”
    “Udah, ga usah dipikir, ayo!” Tangannya membimbingku ke arah motorku diparkir.
    Kami tiba di sebuah restoran steak, Boncafe. Tempatnya di dekat jalan Manyar Kertajaya. Dari toko buku kesana memang tidak jauh. Keringat dingin langsung menetes di keningku. Waduh mati aku. Berapa duit, nih?
    Aku duduk berhadapan dengan Monica. Gadis itu cuma cengar-cengir daritadi, sementara keringatku makin cepat meluncur. Kalau ada orang yang belum pernah melihat air terjun keringat, seharusnya dia hadir melihatku saat itu.
    “Tenderloin Steak dua. Jus jeruk manis satu…trus kamu minumnya apa?”
    “Emh…air putih.” Alis Monica menyatu. “Kalau cuma air putih, di rumah juga ada Boss. Kasih dia lemon tea aja, mbak. Itu minuman kebangsaannya dia.”
    Setelah pelayan pergi aku berbisik, “Mon, aku ga bawa duit banyak. Entar bayarnya gimana?” Monica tak menjawab. Ia pasti sedang menyiksaku. Suatu kebiasaan dari Monica yang tidak aku suka. “Udah. Diem aja. Kamu kok kayak nenek-nenek sih. Cerewet.”
    Monica memakan dengan lahap. Waktu hanya berjarak beberapa menit sejak suapannya yang kedua ketika ia bersuara, “Jangan takut, Rud. Kali ini aku yang traktir.” Aku mendengarnya dengan lega.
    “Tahu, ga. Kenapa saat ini aku traktir kamu?” Aku menggeleng jujur. Tak tahu. Gadis itu cemberut. Pipinya yang baru saja menggembung, sekarang menipis. “Katanya teman. Tapi ga tahu apa-apa tentang aku.” Ia melanjutkan sambil tetap cemberut.
    “Sungguh, Mon. Aku beneran ga tahu.”
    “Hari ini ulang tahunku.” Monica berkata dengan tidak rela. Aku tahu kenapa. Ia berharap aku tahu sendiri bahwa hari ini hari ulang tahunnya, tetapi ternyata kenyataannya tidak.
    “Oh.” Aku cepat-cepat menghabiskan sisa daging di mulut, kemudian mengulurkan tangan. “Met ulang tahun, ya.”
    Monica masih saja enggan mengulurkan tangan. Wajahnya masih kelabu. “Maaf, ya. Beneran maaf.” Monica tidak menanggapi kata-kataku. Sisa waktu saat itu kami habiskan hanya dalam diam.
    Setelah selesai membayar. Aku dan Monica menuju tempat parkir. Di dekat jalan menuju tempat parkir, aku menemukan bangku kayu. Letaknya terlindung dari pandangan orang-orang dari dalam restoran. Di tepi sebuah pohon.
    “Mon, duduk disini sebentar, ya?” Aku memohon. Monica melihat jam tangannya kemudian mengikuti aku duduk. Tangannya dilipat di muka dada. Wajahnya tetap cemberut. Ia menyandarkan diri pada pohon. Kakinya ia selonjorkan di depan dengan kaki kanan menumpang pada kaki kiri.
    Apa yang ingin kukatakan sekarang sudah aku pikirkan selama tiga bulan. Sekarang saatnya mengatakannya atau tidak sama sekali. Mengingat beberapa bulan lagi kami akan ujian terakhir dan masuk Perguruan Tinggi.
    “Mon.” Aku menoleh kesamping. “Aku pengin mengatakan suatu hal ke kamu. Tapi aku berharap, apapun jadinya nanti, tolong, jangan pernah mengubah hubungan persahabatan kita.” Monica tetap diam. Wajahnya menunduk ke tanah. Rupanya ia masih marah.
    Jantungku berdebar. Kali ini bukan keringat dingin, tetapi lebih mirip serangan jantung. Aku mencoba menarik perhatiannya lagi agar aku yakin bahwa dia mendengarkanku.
    “Mon, aku suka kamu. Kamu mau jadi pacarku?” Lidahku langsung kelu. Aku menelan ludah. Berdebar menunggu jawaban Monica. Ia melepaskan jalinan kedua tangannya. Sambil berusaha membetulkan posisi duduk, ia menoleh kepadaku. Aku menyumpahi waktu saat itu. Kenapa jarum jam berjalan tidak lebih cepat dari siput?
    Jantungku sekarang kembali normal. Angin dingin malam itu yang menjadi penyebabnya. Angin malam waktu itu memang tak seberapa keras. Usapannya melalui rambut wangi Monica  mampir menerpa wajahku. Sementara aku hanya memain-mainkan jari karena gelisah.
    “Kamu sungguhan? Ga bercanda?” Monica mencari kepastian dariku. Aku mengangguk pelan. Bukannya karena ragu tapi malu. Bahkan saat itu aku tidak berani memandang kedua bola matanya.
    “Kenapa baru sekarang? Aku sudah menunggumu mengatakan itu sejak pertengahan kelas dua.” Aku menengadah. Menatap wajahnya. Aku menumpangkan kedua tanganku pada tangannya. “Aku lagi mengumpulkan keberanian. Dan baru sekarang keberanianku tumbuh.”
    “Beri aku alasan. Kenapa kamu menyukai aku?” Sebelum aku menjawab, Monica menambahkan, “dan aku ingin jawaban itu bukan karena aku cantik. Bukan karena kulitku putih. Bukan karena aku pandai. Bu….” Aku meletakkan jari telunjukku pada mulutnya. Aku merogoh tas plastik tempat buku dan selotif yang baru kami beli di toko buku. Aku menyobek sedikit selotif dan merekatkannya pada punggung tangannya.
    Monica memandang tak mengerti terhadap apa yang aku lakukan. Tiba-tiba aku menarik selotif dengan keras. Monica mengaduh. “Aduh, Rudy. Sakit.”
    Aku menatap wajahnya dan berkata, “Begitu juga dengan aku jika kamu mencabut dirimu dari aku. Aku juga bakalan sakit. Oleh karena itu, aku ingin kita tidak usah saling mencabut. Biarkan hati kita saling melekat ditempatnya.”
    Ada buliran bening menggantung di sudut mata Monica. Ia berusaha menahannya agar tidak jatuh.
    “Hari ini kamu sudah membuat aku jatuh cinta. Ingat itu! Dan kalau hari ini juga aku memberikan cintaku ke kamu, aku mohon, jangan pernah sakiti aku. Kamu bisa mengerti?” Aku mengangguk.
    “Kalau begitu mulai dari sekarang. Kamu cowokku.” Monica memberiku senyum paling manis.
    “Rud. Kita pulang sekarang, ya? Udah malem.” Aku menggandeng tangannya menuju ke boncengan sepeda motor. Aku melesat meninggalkan Boncafe dengan gembira. Bahkan euforia. Monica meletakkan kepalanya di punggungku. Kedua tangannya memeluk pinggangku. Aku bisa merasakan saat itu pelukannya sangat erat. Dalam perjalanan pulang, kami tidak berkata apa-apa. Satu-satunya komunikasi yang terjadi hanya lewat rambutnya. Rambut Monica berkibar ditiup angin. Meskipun saat itu aku memakai jaket. Aku bisa merasakan semburat rambutnya menyapu-nyapu punggungku.
    Kami tiba lagi di pos satpam kosong tempat awal kami bertemu. Monica dengan enggan merenggangkan pelukannya dan turun dari boncengan motor. Aku memasang standar motor kemudian berjalan menuju tempat Monica berdiri.
    Lucu sekali. Kami berdiri berhadapan tetapi cuma diam. Waktu itu aku dan Monica berdiri saling berhadapan bukan lagi sebagai sahabat tetapi sepasang kekasih. Sepasang kekasih yang bodoh. Baik aku dan Monica sama-sama baru pertama kali berpacaran. Kami berdua tidak tahu apa yang harus dilakukan saat berdiri berhadapan seperti ini.
    Entah hanya naluri atau tidak, aku memegang kedua tangan Monica. Aku mendekatkan badan. Kemudian mendekatkan bibirku mencium keningnya. Badannya menegang. Aku bisa merasakan dari pegangan tanganku. Kemudian turun mencium pipinya. Ketika aku akan mencium bibirnya, tiba-tiba ia menjauhkan badannya. Diletakkannya ujung jari jemarinya pada mulutku. Ia menggeleng.
    “Aku memang cewek kamu. Tapi, aku belum siap buat yang ini. Beberapa jam yang lalu kamu sahabatku. Sekarang pacarku.” Monica tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. “Aku perlu menata satu persatu hatiku. Menyiapkan tempat buat kamu disana. Karena selama ini itu hanya tempat sahabat, bukan pacar. Tunggu saatnya, ya?”
    Aku mengangguk tanda mengerti. Sekarang aku memeluknya. Waktu berjalan beberapa lama. Malam sangat hening di selimuti suara jangkrik dan kumbang tanah. Rumah Monica memang terletak di kawasan yang baru dibangun. Terletak di pinggir Surabaya. Sehingga saat itu tak seorang pun mengganggu kami.
    “Rud,” tiba-tiba Monica berbicara. “Aku boleh minta kamu satu hal lagi?”
    “Apa itu?” Monica memakai pinggangku untuk menjauhkan badannya dari aku. Sekarang ia menatap aku dengan perasaan lain daripada biasanya. “Aku minta jangan sampai teman-teman tahu hubungan kita.”
    “Kenapa?” Aku secepat kilat tersinggung. Monica menangkap ketidaksukaanku pada perkataannya. “Aku tidak malu sama hubungan kita.” Ia berhenti sebentar. “Tapi ada beberapa cowok yang tidak akan suka dengan kamu kalau mereka tahu kamu pacarku.”
    “Aku bisa mengerti.” Monica tersenyum lagi.
    “Ma kasih….udah, ya. Sekarang aku pulang. Sampai ketemu besok.” Monica melepaskan pinggangku kemudian berjalan ke arah rumahnya. Aku melihatnya dari kejauhan, sampai aku mendengar ada suara pintu pagar tertutup.
    ***
    Sejak Monica menjadi kekasihku, hampir tiap sabtu aku pergi keluar bersama dia. Kali ini tujuan kita adalah bioskop di Mall. Sebenarnya ini bukan perbedaan besar bagi kami. Sebelum berpacaran pun, kami adalah sahabat. Kami sering berpergian bersama. Cuma perbedaannya, sekarang aku mulai berani menggandeng tangannya. Bahkan memeluknya saat kami cuma berdua. Apa yang kami obrolkan sekarang juga berbeda. Aku lebih sering memanggil dia honey daripada Monica, dan ia lebih sering memanggilku Sayang atau Yang daripada Rudy.
    “Yang.” Suaranya menerawang ke depan. Saat itu aku dan Monica sedang duduk di sebuah batu besar di air terjun Coban Rondo. Monica memain-mainkan air dibawah kakinya. “Kamu tahu apa halangan pertama yang bakal kita hadapi?”
    Aku menoleh. Kedua tanganku yang tadi memaku erat pada batu sekarang aku tumpangkan di paha. “Aku tidak tahu.” Dia mengarahkan kepalaku untuk melihatnya. “Coba lihat wajahku.” Aku melihatnya, matanya kecil..dan…Yeup, aku tahu maksudnya. “Kamu hendak mengatakan bahwa kamu cina dan aku jawa?”
    Gadisku mengangguk. “Orangtua kita bakalan tidak suka.” Ia mengeluh. “Cici dan Koko-ku ga ada yang punya pacar selain cina. Dalam sejarah keluargaku baru kali ada yang berpacaran dengan jawa.” Aku melintaskan lenganku pada punggungnya; membimbingnya agar mendekatiku. Aku bisa memahami apa yang dia katakan.
    Aku tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Sekarang aku baru mengerti perbedaan cinta cowok dan cewek. Seorang cewek akan selalu berpikir untuk bersatu selamanya dengan kekasihnya dan tidak akan berpikir untuk mencari cowok lain, sedangkan cowok mungkin saja hanya ingin main-main. Setelah bosan dia dengan mudahnya berpindah ke lain hati. Tetapi itu bukan aku. Namun aku tidak bermaksud saat ini untuk memikirkan hubungan kami terlalu serius. Aku dan Monica masih berusia tujuh belasan. Masih terlalu jauh ke arah pernikahan. Tapi Monica berbeda. Dia berpikir seakan-akan kita akan menikah beberapa bulan lagi, sehingga kita harus terburu-buru memikirkan untuk menghadapi orangtua kita masing-masing.
    “Kita akan mengatakan pada mereka kalau kita memang saling mencintai.” Monica cuma tersenyum pahit. Aku tidak tahu arti senyumnya waktu itu. Tetapi nantinya aku tahu apa arti senyum Monica waktu itu.
    ***
    Monica mencegatku di dekat pintu keluar kelas saat jam istirahat. “Aku pengin ketemu entar sore bisa?” Tentu saja jawabanku iya. Semula perasaanku cuma bahagia saja. Namun mataku menangkap mata sembab pada matanya. Aku ingat sekali, Monica tidak mempunyai kantung mata. Tapi sekarang aku melihat gunungan hitam dibawah matanya.
    “Ada apa? Kamu sakit, honey?” Aku setengah berbisik. Seperti kesepakatan kami, aku dan Monica tidak boleh menunjukkan kalau kita jadian di sekolah.
    “Nanti kalau kita ketemu aku jelasin. Aku ga bisa ngomong sekarang.” Mata Monica mengitari tempat mereka berdiri, sepertinya ia ingin memastikan tidak ada seorang pun mendengar pembicaraan mereka. “Kamu masih ingat, di belakang rumahku ada bangunan belum jadi yang disamping kanan dan kirinya masih rawa-rawa?” Aku mengangguk. “Kita ketemu disana jam enam tepat.”
    Aku bingung. “Kenapa tidak di pos satpam seperti biasanya?” Monica memandangku dengan sedih. “Nanti aku jelaskan….Dan aku mohon Yang. Bisakah kamu berpakaian terbaik yang kamu bisa. Aku juga melakukan hal yang sama.”
    “Oke, sampai nanti.”
    Monica langsung meninggalkan aku. Aku semakin tidak mengerti.
    Kalau saja tidak sedang berada di sekolah aku pasti berlari dan memeluknya. Aku merasa ada hal besar yang diinginkan Monica untuk dikatakan padaku. Jam pelajaran Biologi kali ini tak menarik bagiku. Aku ingin langsung memutar jam agar langsung bertemu Monica.
    ***
    Aku memakai hem flanel kotak garis merah, suatu pakaian yang sering aku pakai ketika berada di kegiatan gunung. Pada bagian luar, aku memakai jaket berkantung. Jeans yang aku pakai saat ini juga jeans kesayanganku. Kickers. Sepatuku pun berleher tinggi dengan tali di bagian depan.
    Dengan perasaan tersiksa aku menunggu dalam bayang senja. Untung di dekat sana ada sebuah kayu yang dijadikan semacam lincak. Aku dapat merebahkan diri sebentar.
    Baru saja aku  akan menutup mata. Aku mendengar ada suara kaki melangkah. Aku langsung berusaha berdiri.
    “Sayang. Kamu dimana?” Suara Monica berbisik pelan. Saat itu memang agak gelap, sehingga Monica tidak dapat melihatku meskipun jarakku dengannya cuma sekitar lima meter. “Aku disini,” jawabku.
    Begitu yakin itu adalah aku, Monica setengah berlari menuju ke arahku. Ia langsung menabrakku dan memelukku erat-erat. Aku terkejut. Meskipun lirih, aku mendengar sisa-sisa sesenggukkan tangis masih terdengar. Aku membiarkannya memelukku lama tanpa berkata apa-apa.
    Aku bertanya kepadanya saat sesenggukannya mereda. “Honey, sebenarnya ini masalah apa? Dan kenapa kamu memintaku memakai pakaian terbaik.” Monica masih melingkarkan tangan pada pinggangku sementara keningnya ia tempelkan pada dadaku.
    “Koko memergoki kita sewaktu kita nonton bioskop waktu itu. Ia melaporkan aku ke Papa. Papa marah besar. Ia memintaku untuk putusin kamu. Setelah ini, Papa menyuruh aku sekolah di swasta aja dengan orang-orang sepertiku. Supaya kejadian seperti ini ga terulang lagi.” Aku tahu maksud Monica dengan orang-orang sepertiku.
    Aku menahan emosi dalam-dalam. Aku merasa tak berdaya. Aku hanya anak berumur tujuh belas tahun. Belum mapan. Dan perjalanan sekolahku juga masih jauh. Bisa apa aku melawan usahawan kelas kakap semacam Papa Monica. Mereka pasti tertawa. Aku ingin melindungi Monica tapi aku tidak punya taring.
    “Apa itu berarti kita putus?” Air mata Monica makin deras membasahi dadaku. Emosinya kembali pecah. Menangis sesenggukan. Tiba-tiba ia mengangkat kepalanya. Mengusap-usap sisa cairan pada matanya. “Waktu kita gak banyak. Aku pengin dansa dengan kamu. Ia membuka cardigan-nya. Dibawah baju atasan, aku melihat walkman terjepit dibagian atas rok spannya. Satu kabel earphone ia pasang di telingaku. Satunya lagi bertengger di telinganya.
    “Kamu suka lagu ini?” Jarinya memperbesar volume. Aku mendengar lagu Untukmu yang dinyanyikan Tito Sumarsono. Kebetulan sekali, aku sangat suka lagu ini. Aku mengangguk sambil tersenyum.
    Aku tidak tahu bagaimana berdansa. Badannku cuma aku goyang ke kanan-kiri dan Monica mengikuti arah tubuhku. Aku mendesah gelisah saat bait terakhir Untukmu dinyanyikan. Itu menandakan sebentar lagi dansa kami akan berakhir.
    Benar saja. Begitu kata terakhir menghilang. Kepala Monica mendongak. “Rud. Kamu pernah ingin menciumku, kan? Dan aku menolaknya.” Bibirku terangkat karena memberi senyuman pada Monica. “Kamu mau melakukannya sekarang?”
    Sungguh ini adalah hal terindah dalam hidupku. Ciuman nanti pasti akan menjadi sesak nafas terindah. Terhipnotis paling mengesankan dan mimpi tanpa pernah ingin bangun yang selalu tak pernah aku sesali. Tapi sekarang aku menciumnya karena keadaan terpaksa. Hanya karena waktu yang tak banyak. Ini tidak bisa aku lakukan.
    “Aku mohon, Rud. Lakukan. Aku hanya ingin kesan ciuman pertama dari kamu. Aku tidak ingin cowok lain yang membekas di diriku. Tapi kamu….” Aku mengadu keningku dengan lembut pada keningnya. Aku terpejam dengan rasa sesak. Aku yakin Monica merasakan hal yang sama. Air matanya mulai mengalir lagi. Kita melakukannya dalam keadaaan yang tidak siap. Hati kami sama-sama belum menginginkan hal ini, tetapi hanya karena tidak memiliki banyak waktu.
    Aku mencium keningnya. Menelusuri ujung hidungnya, dan akhirnya bibir kami berhadapan. Mendekatkan pelan-pelan. Aku tak berani melihat. Mataku terpejam. Hanya beberapa detik, bibirku merasa menyentuh sesuatu. Sesuatu yang dingin. Seharusnya ini menjadi hal yang terindah. Tetapi kenapa diselingi air mata.
    Entah sudah berapa lama kami melakukannya. Saat mataku terbuka. Aku mendapati diriku sedang memeluknya sedangkan tangan kananku menepuk-nepuk punggungnya. Kepala Monika terbenam di dadaku. Dengan berlalunya waktu bukannya pelukannya bertambah renggang pertanda kami harus memisahkan diri, tetapi sebaliknya. Pelukan Monica sangat erat.
    “Aku tidak ingin pergi. Tapi sekarang sudah malem.” Aku mencoba menyadarkan Monica. Dia mengeluh pelan. “Aku akan ingat kamu. Kamu sudah memberikan apa yang biasanya diberikan seorang kekasih untuk pertama kali. Aku akan selalu ingat kamu siapapun yang nantinya memeluk aku. Wajah kamu pasti aku bayangkan manakala pacarku kelak menciumku.”
    Aku mengendorkan badan dari Monica. Sekarang kami cuma berpegangan tangan. Aku memuas-muaskan diriku memandangnya. Mencoba menghafal setiap bagian darinya pada memori di kepalaku. Dia pun cuma diam. “Selamat tinggal Rud.” Aku tidak suka kata selamat tinggal, aku membalasnya dengan….”Sampai ketemu lagi.” Sekali lagi kami berpelukan untuk terakhir kalinya setelah itu kami pergi dengan bergandengan tangan.
    ***
    Hari ini adalah hari penyerahan hasil ujian akhir kami di SMA. Kepala sekolah memerintahkan kami semua untuk memakai pakaian batik. Alasannya sudah jelas, agar kami tidak corat-coret pakaian sekolah. Aku duduk disamping Monika. Tetapi gadis itu tak menoleh sedetik pun. Teman-teman kami banyak yang bercanda dengan tawa sampai memekakkan telinga. Semua bergembira karena sebentar lagi kami akan lulus.
    Saat ini justru membuat aku sedih. Karena aku tahu, ini adalah saat terakhir aku melihatnya. Monica hanya menunduk menunggu penyerahan hasil ujian yang diletakkan pada sebuah amplop. Aku dan Monica sudah menerimanya. Tapi tidak seperti teman-teman kami yang lainnya, kami berdua cuma diam.
    Detik demi detik sangat menyedihkan. Ketika kami pulang aku melihat LastHugepunggung Monica menjauhi aku. Sebuah Mercedez putih terbuka. Seorang pria tua dengan potongan perlente menyambut dan memeluknya. Ketika pintu mobil sudah tertutup dan meninggalkan sekolah kami. Detik itu juga aku menyadari hubungannku dengan Monica sudah berakhir. Hubungan yang indah.
    Sampai sekarang, aku sering mencari namanya di Facebook, Twitter dan Google. Namun aku tak pernah lagi menemukan namanya. Aku mencarinya bukan karena apa-apa. Tapi sekedar ingin melihat senyum manisnya, karena saat ia meninggalkan aku, aku hanya melihat kantung mata dan wajah sembabnya. Where are you, Monica? I do miss you.

    Ketika Elang Mencintai Dara




    Penulis : Putu Kurniawi

    Dara. Begitulah orangtuaku memberiku nama. Pas aku masuk SD, nama itu jadi mengganggu banget.
    Soalnya temenku yang iseng bilang bahwa namaku kaya nama burung. Sampai sekarang, disaat aku sudah kelas X, nama itu masih mengganggu.
    Waktu MOS kemaren, aku mesti bikin nama tag itu. Nggak mungkin aku pakai nama Dara. Aku masih punya nama belakang, Dara Aurelia hadikusuma. Jadi aku pakai nama Aurel.
    "Aurel ? Nama lo kebagusan ! Ganti aja" dia lalu membuka dan membaca namaku keras-keras dengan nada jahat. "DARA AURELIA HADIKUSUMA? gimana kalo lo pake nama BURUNG DARA ? kayaknya lebih cocok. Besok name tag lo diganti pake nama itu, oke? Jangan lupa, tulisannya mesti gede-gede!" Jahat kan ??

    Keadaanku sekarang kontras banget sama Elang, anak kelas XII yang baru pindah ke SMA Republik (sekolahku) seminggu yang lain. Cowok itu keren, tinggi, atletis, jago basket dan kabarnya pinter banget dikelas. Apalagi dia punya mata berwarna coklat yang siap menyihir siapa saja yang melihatnya.

    Aku mempunyai kakak bernama adzy dia kelas XII juga. Aku punya satu kelebihan. Badanku jangkung, terakhir aku ukur tinggi badanku 174 cm. Nggak beda jauhlah sama Elang yang kira kiratingginya 180 cm.
    Saking kerennya Elang, Sasha (cewek kelas X paling populer disekolah) ikit-ikutan masuk bursa persaingan. Sasha selalu bilang "gue cantik, gue smart, gue populer." Sombong banget kan ? Aku punya masalah yang lebih penting. Pak Bambang (guru fisika yang paling nyebeliin di sekolah) bilaang kalo kamampuan aku dalam hitung-menghitung masih lemah. Aku dikasih PR tambaha, sepuluh nomor lebih banyak dari teman-temanku. Dan dia bicara dengan suara yang menggelegar. "Dara, khusus untuk kamu, kerjakan 10 nomor lagi pada  halaman dua puluh tiga. Kamu masih perlu banyak latihan!"
    Padahal banyak banget anak lain yang gak bisa jawab pertanyaan Pak Bambang. So, kenapa mesti aku ?

    Siang ini aku mau ngerjain soal soal itu di kantin, sambil nunggu adzy ikut pembinaan olimpiade sains. Tapi aku juga cukup jago Matematika kok
    Lala sahabatku, hari ini harus pulang lebih cepat karna BAB berlebihan. Jadi hari ini dia nggak bisa nemenin aku ngerjain soal-soal fisika nyebelin itu. Hmm... soal pertama... ketemu jawabannya. Next, soal kedua. Susah amat sih?
    "Nggak bisa jawab, ya?"
    Deg. Jantungku berdegup cepat.
    Aduw... mampus! Malu banget nih. Elang
    Dia masih berdiri dibelakangku.
    "Nggak bisa jawab soal ya?" Tanya ELang lagi dengan nada meremehkan.
    "Coba gue liat." Elang yang lalu mengambil buku fisikaku.
    "Yang nomor dua ya?"
    Aku nggak menyahut. Males.
    "Hmm... ini gampang banget! Masa sih lo gak bisa jawab?" Elang ngoceh lagi dengan nada menyebalkan.
    Gampang banget? sok banget sih?
    "Makanya kalo guru lagi ngejelasin, diperhatiin dong! Jangan bengong aja,fokus ke pelajaran."
    Oh, man. Dia berani menasihati aku.
    "Heh! Sombong banget sih lo? Gue emang nggak sepinter elo, tapi lo nggak bisa seenaknya gitu dong sok-sok nasihatin gue! Darimana lo tau gue bengong di kelas? Lo liat aja ya, gue bakal ngerjain soal-soal ini. Kakak gue, Adzy, cowok paling jenius di SMA Republik bakal ngajarin gue! Gue pasti bisa jawab soalnya dan lebih pinter ari lo!" kataku berapi-rapi.
    Alis Elang mengernyit. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke mukaku. Duh !Tiba-tiba aku merasa deg2an.Matanya menatapku tajam banget. Sepertinya wajahku memerah.
    "Lo bilang kakak lo orang paling jenius disekolah ini?" Tanya Elang.
    "Iya!" jawabku galak. "Emangnya kenapa? Lo nggak usah sok2 baca PR gue deh. Bukan urusan lo!"
    "Oke." Katanya.Kemudian dia pergi. Fiuuh... Akhirnya...

    **

    "Adzy!!! Gara2 lo nih! gue malu banget1 Sebeeeeel..." aku nyubitin dan mukulin Adzy begitu dia datang nyamperin aku.
    "lo kenapa?" tanya Adzy dengan muka ditekuk.
    "Gue malu." Jawabku pendek.
    "Lo yang malu kok jadi salah gue?" ujar Adzy "Lo malu kenapa? mana PR lo, udah kelar?"
    Aku memandang Adzy dengan sebal.
    "Itu dia! Gue nggak bisa ngerjain PR. Gue kepergok waktu gue gak bisa ngerjain soal nomor dua. Gue malu dan itu gara2 lo!"
    Adzy mengerutkan kening. "Gara2 gue? Apa hubungannya sama gue?"
    "Lo gimana sih? kalo lo nggak ikutan pembinaan olimpiade, gue nggak akan ngerjain PR disini dan nggak akan kepergok sama orang! Gue malu banget! Kalo kita langsung pulang, kan gue nggak perlu malu!"
    Adzy menahan tawa. "Derita l0." Gumannya.
    "Apa? Derita gue? Ini semua gara2 lo!" bentakku seraya memukuli pundak Adzy.
    Adzy berkelik, sebelum aku memukulinya lebih keras lagi.
    "Weits, sabar dulu, Neng! Emang siapa sih yang mergokin lo sampe2 lo malu banget? Tumben  banget lo punya kemaluan yang begitu besar."
    "Sialan lo! Elang yang mergokin gue, gimana gue gak malu?"
    Adzy tertawa keras sampai2 kacamata minusnya hampir lepas.
    "Ngapain lo ketawa? Ini nggak lucu, tau!" bentakku
    "Ampun, ampun, Ra!" katanya.
    "Jadi lomalu kepergok nggak bisa ngerjain soal sama Elang? Oke, oke. Gue bakal ngajarin lo dirumah. Besok lo boleh pamer ke dia, kalo lo bisa ngerjain semua soal yang di kasihin Pak Bambang. Jadi lo nggak usah khawatir.
    "Lo emang selalu bisa! Yes!" seruku menang.
    "Eh, gue udah tau sifat lo. Kalo lo dibikin malu, lo pasti pengen ngebuktiin kalo lo nggak malu2in kan? Tapi lo selalu ngerepotin gue, kan?"
    "Tapi lo bener mau ngajarin gue, kan?"
    "Bener. Tapi ada satu syarat."
    "Apa?"
    "Lo mau kan, ngenalin gue ke temen lo yang manis itu?"
    Aku mengerutkan kening.
    "Lo kok diem sih? Lo mau, kan?" desak Adzy.
    "Abis aneh... temen gue yang mana?" tanyaku penasaran.
    "Itu... yang cantik, imut2... rambutnya sebahu, sering dengerin MP3 di iPodnya... terus suka maen basket juga. Siapa sih tuh namanya?"
    Buset dah... Cantik, imut2, rambut sebahu, sering dengerin MP3 di iPod, suka maen basket... Siapa lagi kalo bukan... LALA

    **

    Adzy jadi semangat ngajarin aku fisika setelah aku janji bakal ngenalin dia ke Lala. Lala juga jago fisika seperti Adzy. Sore tadi sepulang sekolah, aku udah SMS Lala. Aku minta dia datang ke rumah malam ini. Dan dia balas SMSku dengan kata2, "Sejak kapan lo jadi makcomblang?" tapi dia akhirnya dia mengiyakan tawaranku. Nggak rugi kan, kenalan sama cowok paling pintar di sekolah?
    And now... Tepat jam delapan malam, Lala datang ke rumah.
    "Lo keliatan bersemangat." Ujarku.
    "Of course! Mana kakak lo?" Tanya Lala.
    "Apaan sih lo? Jaim dikit kenapa? Adzy masih dikamar. Bentar lagi juga keluar. Lo tunggu disini aja, jangan kemana2. Gue mau ambil minum dulu, oke?"
    "oke!"
    Aku beranjak ke dapur. Adzy lumayan keren kok. Aku pernah mergokin sasha diam2 merhatiin Adzy.
    Tapi tau nggak, apa yang aku liat setelah nganterin minuman ke ruang tamu? Lala udah keliatan akrab banget sama Adzy. Mereka nggak sadar aku dateng bawa minuman. Aku dikacangin. Makasih banget.
    Tadi pagi Adzy jemput Lala dirumahnya untuk berangkat bareng. Dan obrolannya masih seputar astronomi. Aku cuma bisa menjadi pendengar yang baik dan gak bisa berpartisipasi dalam obrolan mereka.
    Lala baru ngomong sama aku waktu kami jalan berbarengan kekelas.
    "Kok diem aja sih, Ra?" Tanya Lala.
    :Baru nyadar lo kalo ada gue dideket lo?" Tanyaku sebal. "Jahat banget sih lo ngacangin gue dari kemaren. Rugi deh gue ngenalin lo ke Adzy.:
    "Yah, Jangan marah2 donk! Sori2 Gue janji deh deh, gue nggak bakal ngacangin lo lagi. Suer samber gledek!" Lala membentuk jarinya menjadi symbol peace.
    "Yakin lo? Oh ya, satu lagi. Obrolan lo mungkin bisa diganti dengan topik yang lebih up to date lagi, tapi masih menarik. Hmm... demi lo gue bakal ngobrolin yang lebih baru lagi. Gimana kalo tenteng kloning manusia?"
    What? kloning?
    "Lala, maksud gue bukan itu!" kataku jutek seraya mendahuluinya.

    Pasti tampang Lala lagi bingung2. Sampai jam istirahat aku masih jutekin Lala. Aku kekantin sendirian. Entah kenapa aku ngerasa ada yang ngikutin aku dari dari belakang. Sepintah aku melihat sosok Elang ketika menoleh kebelakang. Tapi nggak mungkin dia ngikutin aku.
    Aku berjalan cuek, berusaha mengabaikan perasaanku. Tiba2 ada yang menarik tanganku, cowok dengan rambut landak dan tampang sengak. Dia langsung membawaku kebelakang ruang kelas XII yang lagi sepi. Anehnya aku nggak ngelawan.
    "Lo temennya Lala, kan?" Tanya cowok itu galak. Tatapan matanya lebih serem dari tatapan Elang.
    "Iya, emang kenapa?" aku balik nanya. Orang itu adalah Cakra. Preman paling ditakuti di sekolah. Cowok dengan tampang sengak, rambut jabrik kaya landak, banyak pierching ditelinga, satu tindikan dibibir dan tatapan matanya yang serem.
    "Pake balik nanya, lagi! Gue mau minta tolong sama lo." Kata Cakra dengan tampang galaknya.
    "Minta tolong apaan?"
    "Kasih tau Lala, gue mau ngomong sama dia!"
    "Lo apanya Lala?" Tanyaku heran setengah takut.
    "Lo nanya gue apanya Lala? Jadi selama ini lo gak tau gue apanya Lala?" bentak Cakra.
    "Kena lo diem aja? Eh, gue kasih tau ya, gue ini mantannya Lala, gue mantan temen lo itu!"
    What? Mataku membelalak. Shock berat.
    "Kenapa? Lo kaget?" bentak cakra lagi.

    Jumat, 12 April 2013

    7 Kebiasaan yang Bisa Merusak Rambut

    Karena ingin tampil sempurna, orang tak segan menggunakan produk kimia bagi rambut. Padahal, beberapa perawatan dan cara penataan rambut yang salah lambat-laun justru akan memberi hasil yang buruk.

    1. Terlalu sering mengikat rambut Menguncir rambut memang cara praktis membuat rambut rapi. Tapi sadarkah Anda, kegiatan itu bisa membuat rambut serta kulit kepala tegang dan stres? Jika demikian, salah satu masalah yang sering muncul adalah sakit kepala dan rambut rontok.

    Sebaiknya jangan terlalu ketat mengikat rambut agar rambut bisa tetap bernapas. Selain itu usahakan untuk selalu mengganti titik ikatan rambut agar tidak terjadi tekanan terus menerus pada titik yang sama.

    Jangan menguncir rambut seharian agar rambut bisa beristirahat dan kulit kepala tidak terlalu tegang. Jika memungkinkan, variasikan penataan rambut Anda agar tidak membuat rambut rapuh karena terus diikat. Sesekali biarkan rambut tergerai dan gunakan penjepit rambut untuk membantu merapikan.

    2. Menyiksa rambut dengan hair dryer Mengeringkan rambut pun ada aturannya. Jangan mengeringkan rambut dengan hair dryer dalam keadaan sangat basah ketika baru selesai keramas. Ini akan membuat rambut semakin rapuh dan mudah patah. Sebaiknya, keringkan dulu rambut dengan handuk hingga lembap dan tidak basah menetes. Gunakan hair dryer pada suhu sedang dan jangan terlalu panas.

    Demi rambut yang sehat tak ada salahnya berinvestasi membeli alat pengering rambut berkualitas baik yang suhunya bisa disesuaikan. Beberapa pengering rambut juga menyediakan fitur angin dingin untuk mengeringkan rambut. Pilihan ini bisa menjadi alternatif variasi saat mengeringkan rambut agar rambut tetap sehat. Sebaiknya maksimal waktu mengeringkan rambut dengan panas hairdryer tidak lebih dari 20 menit.

    3. Mengubah tekstur rambut Rambut keriting atau lurus bisa sama bagusnya sepanjang ditata dengan tepat. Tak perlu memaksakan diri mengubah tekstur rambut dengan berbagai perawatan yang bisa merusak. Kenali jenis dan tekstur rambut Anda dengan baik. Rambut yang tipis dan mudah patah sebaiknya tidak banyak dibebani dengan perawatan bahan kimia yang bisa membuatnya semakin rusak.

    Menggunakan alat pencatok setiap hari juga berpotensi membuat rambut rapuh dan rontok. Pada rambut yang rapuh dan sensitif, proses pengembalian kondisi rambut yang rusak bisa memakan waktu yang lama. Jika Anda tetap memutuskan untuk mengubah tekstur rambut, pastikan Anda selalu menggunakan perawatan rambut secara berkala.

    Sebaiknya istirahatkan rambut beberapa saat sebelum mulai meluruskan atau mengeriting rambut lagi.

    4. Terlalu sering mencuci rambut Karena terasa berminyak, banyak orang memiliki kebiasaan mencuci rambut setiap hati. Mencuci rambut dengan shampo setiap hari bisa menghilangkan minyak alami yang justru dibutuhkan. Mencuci rambut terlalu sering justru memicu kulit kepala untuk terus memproduksi minyak untuk mengganti minyak yang hilang karena shampo.

    Minyak alami yang diproduksi dari kulit kepala tersebut seharusnya mencapai ujung rambut untuk membuat rambut terlihat sehat. Jika memungkinkan, keramas cukup 2-3 hari sekali untuk membiarkan minyak alami menjalankan fungsinya pada rambut. Basuh dengan air bersih tanpa shampo jika memerlukan kesegaran pada kulit kepala setiap hari.

    5. Menggunakan sisir yang salah Menggunakan sisir yang salah juga bisa merusak rambut. Sisir yang tidak tepat bisa membuat rambut sulit saat disisir dan menyebabkan rambut patah. Semakin panjang rambut, pilih sisir yang semakin besar agar mudah saat merapihkan rambut.

    6. Melupakan perawatan rambut
    Selain itu, jika rambut Anda diwarnai, berketombe, atau rontok, sebaiknya segera cari perawatan yang tepat. Membiarkan rambut dengan kondisi tersebut semakin lama akan membuat masalah rambut semakin sulit diobati. Gunakan shampo atau produk perawatan rambut yang sesuai dengan masalah Anda. Jika masalah tersebut tetap terjadi, konsultasikan dengan penata rambut atau dokter kulit untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.

    7. Banyak bahan kimiaUntuk menjaga kesehatan rambut, usahakan sering biarkan rambut dalam keadaan alami. Jangan terlalu sering membebani rambut dengan berbagai produk penataan seperti gel, wax, atau hairspray. Sering menggunakan produk tersebut akan membuat rambut lengket dan mudah berketombe jika tidak dibersihkan dengan baik.

    Rumah Minimalis 2 Lantai Kawasan Ciputat


     Kebutuhan akan rumah tinggal yang Nyaman, Strategis, Asri, Berkualitas, bebas banjir dan terjangkau merupakan Idaman dan keinginan yang ideal bagi tiap individu.

    Perpaduan akan komponen tersebut diatas dan ketersediaan fasilitas yang layak dan memadai menjadi sebuah keniscayaan bagi sebuah perumahan, sehingga menjadikan rumah tinggal dan lingkungan sebagai sarana yang tepat untuk menjadikan hidup dan kehidupan yang lebih bernilai dan berkualitas serta produktif.

    Green Valley Sebuah konsep baru hunian yang tidak sekedar membangun rumah baru yang nyaman, aman, dan menentramkan. Tetapi jauh ke depan, mempersiapkan dan membangun keluarga dengan visi menuju kehidupan baru dan masa depan lebih menjanjikan.
    Terletak di lokasi yang sangat strategis, karena dekat dengan Stasiun KA Sudimara dan Akses Tol Bintaro - Pondok Aren.

    Untuk keterangan lebih lanjut, email ke aristabudilestari@ymail atau hubungi 087782383927, Pin 28C5BE98

    Marketing : Riris





    Spesifikasi

    • Luas tanah : 72 m2
    • Luas bangunan : 69 m2
    • Kamar tidur : 3
    • Kamar mandi : 2
    • Sertifikasi : SHM - Sertifikat Hak Milik
    Lokasi
    • Alamat lokasi : Jalan Merpati Raya, Villa Mutiara VI Sawah Baru. Ciputat Tangerang Selatan
    • Kota : Tangerang Selatan Kota
    • Area : Ciputat
    Fasilitas
    • Carport
    • Garden